92 Tahun Persib Bandung, Sebuah Warisan Turun Temurun yang Tak Bisa Ditawar
3 min read
Sejarah bukan hanya rangkaian angka yang tersusun dalam sebuah kronologi. Ia adalah identitas, gagasan, dan kebanggaan yang membentuk kesadaran kolektif. Dan di dalam kesadaran itu, 14 Maret 1933 bukan sekadar titik dalam ruang waktu, melainkan fondasi yang membangun Persib Bandung menjadi lebih dari sekedar klub sepak bola.
Sejak hari itu, Persib bukan hanya kesebelasan yang bertanding di lapangan, tetapi juga representasi dari perlawanan, kebersamaan, dan kehormatan. Persib lahir bukan dari keistimewaan, melainkan dari perjuangan melawan sistem yang membatasi bumiputra di kancah sepak bola Hindia Belanda. Bukan dari fasilitas mentereng, melainkan dari militansi para pendukungnya yang menjadikan sepak bola sebagai perpanjangan dari eksistensi mereka.
Hari ini, Persib Bandung telah mencapai usia 92 tahun. Hampir satu abad lamanya, warisan ini berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya, mengakar dalam setiap diskusi, setiap perdebatan, setiap gairah yang menghidupi Bobotoh.
Namun, dalam pusaran perayaan ini, ada sebuah upaya untuk menggeser tonggak sejarah: keputusan administratif yang menetapkan 5 Januari 1919 sebagai tanggal lahir baru Persib.
1919: Antara Romantisme dan Manipulasi Sejarah
Sejak lama, 14 Maret 1933 telah diterima sebagai tahun kelahiran Persib Bandung. Namun, melalui penelitian akademik yang dilakukan oleh Universitas Padjadjaran, manajemen Persib mengusulkan 5 Januari 1919 sebagai fondasi baru dalam sejarah klub.
Alasannya? Sejumlah dokumen lawas, termasuk koran Kaoem Moeda edisi 7 Januari 1919 dan 30 Desember 1918, disebut mencatat keberadaan klub sepak bola di Bandung sebelum PSSI berdiri pada 1930. Temuan ini kemudian dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa Persib telah eksis lebih awal dari yang selama ini dipercaya.
Namun, ada pertanyaan-pertanyaan mendasar yang tak bisa diabaikan:
Apakah klub yang dimaksud dalam dokumen-dokumen tersebut benar-benar memiliki kesinambungan historis dengan Persib yang kita kenal hari ini?
Jika benar klub itu telah berdiri pada 1919, di mana kontinuitasnya dengan PSIB dan NVB yang pada 1933 difusikan menjadi Persib?
Apakah klaim ini didukung oleh bukti konkret, atau hanya sekadar romantisme sejarah yang dipaksakan masuk ke dalam narasi klub?
Hingga hari ini, baik tim peneliti dari Universitas Padjadjaran maupun PT Persib Bandung Bermartabat belum menghadirkan argumen yang kokoh dan tidak terbantahkan bahwa klub yang disebut berdiri pada 5 Januari 1919 adalah Persib Bandung.
Sejarah tidak bekerja dengan logika “siapa menemukan dokumen tertua, dialah yang menang.” Sejarah menuntut kesinambungan, validitas, dan metodologi yang ketat. Sebuah tanggal tidak bisa semata-mata diubah berdasarkan dokumen yang baru ditemukan tanpa ada benang merah yang jelas.
Menyusun ulang narasi sejarah tanpa uji publik yang kredibel bukan hanya mencederai intelektualitas, tetapi juga meremehkan kolektivitas Bobotoh yang selama ini telah menghidupi Persib lebih dari sekadar angka di arsip akademik.
1933, Sebuah Tahun yang Tak Bisa Diganggu Gugat
Sebelum 1933, sepak bola di Bandung memang sudah eksis, tetapi masih berserakan dalam berbagai perkumpulan yang belum terorganisir secara sistematis. Baru pada tahun itu, Perkoempolan Sepakraga Indonesia Bandoeng (PSIB) dan National Voetbal Bond (NVB) dilebur menjadi satu entitas yang lebih solid: Persib Bandung.
1933 bukan hanya angka di buku sejarah. Itu adalah tahun di mana Persib benar-benar mulai eksis dalam bentuk yang bisa dikenali hingga hari ini dengan struktur organisasi yang jelas, keanggotaan yang terdefinisi, dan partisipasi dalam kompetisi yang diakui.
Dalam studi sejarah, ada konsep memori kolektif, yaitu bagaimana suatu peristiwa tertanam dalam kesadaran sosial dan diwariskan lintas generasi. Dalam konteks Persib, 1933 bukan sekadar tahun, tetapi sebuah identitas. Ia adalah titik balik di mana sepak bola Bandung mengambil bentuk yang lebih terstruktur, yang kemudian diwariskan dan dikukuhkan dalam kesadaran Bobotoh.