7 Juni 2025

Explore Persib

Persib Bandung dan Olahraga Jawa Barat

Mateo Kocijan: Kesederhanaan yang Menyelamatkan, Kisah Si Biasa yang Angkat Piala

3 min read

Persib Bandung sedang menari dalam perayaan juara. Musim yang panjang dan melelahkan akhirnya berbuah manis. Banyak nama mendapat sorotan, para pencetak gol, para penyelamat laga, dan para pemimpin ruang ganti. Tapi ada satu nama yang mungkin tak sering disebut, meski kehadirannya justru menjadi jangkar, yaitu Mateo Kocijan.

Mateo bukan pemain yang disambut gegap gempita saat tiba di Bandung. Ia datang dalam sunyi, bahkan sempat dipertanyakan. Terlebih, ia bergabung dengan Persib setelah enam bulan menganggur, terakhir bermain secara profesional pada akhir 2023 sebelum kontraknya dengan klub Albania, Partizani Tirana, berakhir. Ia diperkenalkan secara resmi sebagai pemain Maung Bandung pada 3 Juli 2024, sebagian Bobotoh sudah pesimistis terlebih dahulu.

Namun, Mateo memilih cara menjawab yang sunyi pula, dengan bekerja. Tanpa gimik, tanpa banyak kata. Ia tidak tampil istimewa di setiap laga, namun hampir selalu bisa diandalkan. Bahkan ketika tim dilanda badai cedera, terutama di lini tengah dengan absennya Irianto dan Dedi Kusnandar, Mateo adalah orang yang berdiri paling depan untuk menjaga agar semua tetap berjalan.

Dalam sebuah kelas, Mateo mungkin adalah anak yang biasa saja. Tidak paling cerdas, tidak paling populer, tidak paling lucu atau paling bandel. Tapi ia adalah anak yang selalu hadir, mengerjakan PR, dan tidak pernah membuat guru kecewa. Ketika yang lain sibuk mencuri perhatian, Mateo tetap di bangkunya, belajar, mendengarkan, dan bertahan.

Musim ini, Mateo mencatat 36 penampilan di seluruh kompetisi resmi Persib: 28 di Liga 1, 5 di ACL Two, dan 3 di Piala Presiden. Ia mencetak satu asis di Liga 1 dan satu gol indah di ajang regional saat melawan Lion City Sailors di Singapura. Mateo bukan pemain yang menggetarkan papan skor, tapi ia menutup ruang lawan, membaca arah permainan, dan menjaga bentuk tim tetap solid, terutama saat lawan-lawan mencoba mendominasi.

Perjalanan hidup Mateo membuat kisah ini makin dalam. Lahir di Koprivnica, Kroasia, pada 27 Maret 1995, ia baru merasakan karier profesional pada usia 26 tahun, saat bergabung dengan Slaven Belupo pada musim 2021. Sebelumnya, ia hanyalah pemain di kasta bawah Kroasia dan sempat menggeluti futsal. Bahkan, seperti dilansir media Kroasia Klikaj, ia pernah bekerja di perusahaan makanan bernama Podravka sambil bermain untuk klub kecil Tehničar Cvetkovec.

Kisahnya berubah saat Slaven Belupo merekrutnya. Di sana, ia pertama kali satu tim dengan Miro Petric yang merupakan pelatih fisik Belupo, dengan Zoran Zekić selaku pelatih kepala yang memberinya ban kapten, tanda bahwa kerja kerasnya diakui.

Ia kemudian berlabuh ke Albania bersama Partizani Tirana, di mana ia sempat mencicipi UEFA Conference League. Namun kariernya sempat stagnan dan menganggur hingga akhirnya Persib datang membuka pintu, tepat saat dirinya nyaris dilupakan sekaligus bereuni dengan Miro Petric.

Di Bandung, Mateo membuktikan bahwa hidup tidak selalu tentang menjadi yang terbaik. Terkadang, cukup dengan menjadi orang yang hadir dan melakukan apa yang harus dilakukan dengan hati. Ketika yang lain sibuk dengan narasi besar, Mateo menulis kisah kecilnya sendiri, diam-diam, tapi dalam.

Maka jika harus diberi satu gelar, Mateo Kocijan adalah bukti kesederhanaan yang menyelamatkan. Seorang pekerja yang menjalani tugasnya bukan demi pujian, tapi demi tanggung jawab. Di tengah sorak-sorai Bandung, ia berdiri di pojok yang tenang, menatap ke belakang, dan mungkin hanya tersenyum kecil.

Dan mungkin, itulah definisi sejati dari seorang juara, mereka yang tahu bagaimana cara memberi, tanpa harus selalu dilihat oleh publik. Hvala Mateo, atas seluruh kerja kerasmu untuk Bandung selama satu musim ini! Do ponovnog susreta!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *